Rabu, 31 Desember 2014

analisis kualitatif kation



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kimia analitik dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur-unsur senyawa apa yang ada dalam suatu sampel. Umumnya kimia dihadapkan dengan analisis kualitatif, sejumlah unsur dipisahkan dan diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida. Analisis kualitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai analit (Day dan Underwood, 2001: 2).
Dasar identifikasis pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat kimia atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang dipakai untuk pengenalan adalah sifat-sifat yang langsung dapat diamati. Misalnya, warna suatu senyawa atau hasil reaksi dengan pereaksi tertentu, dapat dipakai sebagai dasar pengenalan (Chadijah, 2012: 79).
Keberadaan suatu kation dikonfirmasi atau diidentifikasi dengan menggunakan satun atau lebih reaksi kimia yang karakteristik atau spesifik untuk suatu kation. Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut. Katiom diklasifikasiakan dalam golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia (Chadijah, 2012: 99).

Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan analisis kualitatif kation untuk menentukan jenis kation yang terdapat dalam sampel dengan analisa kimia kualitatif.


B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana menentukan  jenis kation yang terdapat pada sampel dengan analisis kimia kualitatif ?

C.      Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui jenis kation yang terdapat pada sampel dengan analisis kimia kualitatif.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisis kualitatif adalah suatu analisisyang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Analisis kualitatif lengkap sampel anorganik, meliputi analisis identifikasi semua jenis kation maupun anion yang mungkin ada dalam sampel. Ion-ion umum dijumpai dalam cuplikan jenis kation yaitu,
Tabel. 2.1 ion-ion yang umum dijumpai.
Kation
Ag+,Pb2+, Hg2+, Hg22+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, Sn2+, Sn4+, Sb3+, As3+, Fe3+, Fe2+, Al3+, Cr3+, Mn2+, Zn2+, Ni2+, Co2+, Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+, NH4+
Dasar identifikasi atau pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat fisika atau kimia atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang dipakai untuk pengenalan adalah sifat-sifat yang dapat langsung diamati. Misalnya, warna suatu senyawa atau hasil reaksi dengan pereaksi tertentu, dapat dipakai sebgai dasar pengenalan. Jika hendak mengnalisis sampel yang berisi sejumlah ion, maka cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mencari pereaksi-peraksi yang ampu mengendapakan bersama sejumlah tertentu ion, yang dipisahkan kemudian dengan penyaringan. Masing-masing kelompok ini selanjutnya diuraikan menjadi beberapa sub kelompok dan demikian selanjutnya tinggal satu ion dalam larutan (Chadijah, 2012: 79-80).
Secara umum Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron  disebut dengan kation karena kation yang tertarik menuju anoda. Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut. Maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentifikasikan menyebabkan sebentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Chadijah, 2013: 84-85).
            Menurut Chadijah (2012: 81), analisis kualitatif kation dalam larutan didapat pembagian atas enam kelompok atau golongan yaitu,
1.        Golongan perak, dipakai pereaksi HCl encer dan dihasilkan endapan klorida dari ion Ag (I), Hg (I), Pb (II). Golongan ini juga dikenal sebagai golongan 1 atau golongan klorida.
2.        Golongan tembaga-arsen, peraksi yang dipakai adalah asam sulfida, dalam suasana HCl encer, akan didapatkan sejumlah garam sulfida dari Hg (II), Pb (II), Bi (III), Cu (II), Cd (II), Al (III), Sn (IV) dan Sb (III). Golongan ini juga dikenal sebagai golongan II atau golongan sulfida.
3.        Golongan aluminium, pereaksi pengendapan adalah campuran amonium hidroksi dan amonium klorida dan menghasilkan endapan hidroksida atau oksida terhidrasi. Ion logam yang bereaksi adalah Al (III), Fe (III), Mn (IV), dan Cr (III), golongan ini dinamakan golongan III atau golongan hidroksida.
4.        Golongan nikel, pereaksi pengendap adalah campuran amonium sulfida dan amonium klorida, menghasilkan endapan sulfida larut dalam asam klorida. Ion logam bereaksi adalah Ni (III), Co (II), Mn (II) dan Zn (II). Golongan ini dinamakan golongan IV atau golongan sulfida.
5.        Golongan barium, ion-ion logam kelompok ini tidak dapat diendapkan sebagai senyawa klorida, sulfida atau hidroksida tetapi dapat diendapkan sebagai senyawa karbonat. Pereaksi pengendap adalah amonium karbonat dengan kondisi larutan tertentu. Ion logam terendapkan adalah Ba (II), Sr (II) dan Ca(II). Golongan ini dinamakan golongan V atau karbonat.   
6.        Golongan magnesium, ion-ion dalam kelompok ini tidak dapat diendapkan dengan berbagai pereaksi pengendap sebelumnya. Dalam kelompok ini terdapat ion Mg (II), K (I), Na (I) dan amonium (I). Golongan ini dinamakan golongan VI atau golongan sisa.
Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan sebagainya. Uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu yang lama. Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang tercampur. Selain itu, dapat juga di gunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat, seperti Hg dan Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena bahan-bahan tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun, dapat juga sebagai pencemar yang perlu di ketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila membahayakan. Klasifikasi kation yang paling umum di dasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut (Chadijah, 2012: 83-84).
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah di lakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengindentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Chadijah 2012: 84-85).
Penetapan amonium dengan prosedur gravimetri, amonium harus terdapat sebagai kloridanya, semua kation lain tak boleh ada. Sedikit asam klorida (HCl) di tambahkan diikuti dengan reagensia asam kloroplatina  berlebih. Amonium dapat juga di tetapkan dengan mengendapkannya dengan natrium tetrafenilborat sebagai amonium tetrafenilboron, yang sedikit sekali dapat larut, dengan memakai prosedur yang serupa seperti yang di uraikan untuk kalium, zat ini dikeringkan pada 100oC (Svehla, 1985: 527-528).
            Kation dalam kelompok diendapkan sebagai senyawa, dengan menggunakan pereaksi pengendap golongan tertentu. Endapan yang dihasilkan mengandung kation-kation dalam suatu golongan. Pemisahan endapan dari larutannya biasanya cukup dilakukan dengan teknik sentrifugasi yang diteruskan dengan dekantasi (Chadijah, 2012: 85).
            Menurut Chadijah (2012: 85-91), pereaksi pengendap bila ditambahkan pada larutan menghasilakn dekantasi yaitu:
1.    Kation golongan I ( Hg22+, Ag+ dan Pb2+)
     Kation golongan I terdiri dari tiga ion logam yang garam kloridanya tidak larut dalam larutan asam. Pereaksi yang digunakan untuk menetapkan golongan ini adalah asam klorida sehingga golongan I kadan-kadang disebut golongan asam klorida, golongan klorida, dan golongan perak. Dalam suasana asam, klorida dari kation dari golongan lain larut.
2.    Kation golongan II (Hg2+, Pb2+, Cu2+ dan Sb3+)
     Sulfida dari kation golongan II meruapakan endapan yang dihasilkan dari penambahan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer kedalam larutan sampel. Golongan II sering juga disebut asam hidrogen sulfida atau golongan tembaga III. Walaupun tidak dimasukkan dalam skema pemisahan, karena bersifat sangat beracun arsen dan bismuth juga termasuk dalam golongan ini.
3.    Kation golongan III (Zn2+, Mn2+ dan Fe2+)
     Ion-ion dari golongan III semuanya diendapkan oleh hidrogen sulfida dalam buffer amonia-amonium klorida. Golongan ini golongan hidrogen sulfida basa atau golongan amunium besi.
4.    Kation golongan IV (Ca2+ dan Ba2+)
     Kalsium dan barium terletak dalam suatu golongan sehingga keduanya memiliki sifat kimia yang mirip, dan sulit unutk saling dipisahkan. Karena, hanya terdiri dari dua kation dan memiliki kemiripan sifat, karena untuk golongan ini dibahas secara bersama-sama.
5.    Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+ dan Nh4+)
     Senyawa ini memiliki derajat kelarutan yang sangat tinggi, sehingga kadang-kadan disebut sebagai golongan larut.
            Timbal merupakan logam putih kebiru-biruan dengan pancaran yang terang. Sifat sangat lunak, mudah dibentuk, ductile dan bukan konduktor listrik yang baik. Memiliki resistasi yang tinggi terhadap korosi, kegunaan timbal sangat efektif sebagai penyerap suara, digunakan sebagai tameng radiasi disekeliling peralatan sinar-X dan reaktor nuklir juga dapat digunakan sebagai penyerap getaran. Penggunaan timbal dalam cat telah diperketat unutk mencegah bahaya bagi manusia (Syamsidar, 2013: 141).
            Penetapan amonium dengan prosedur gravimetri, amonium harus terdapat sebagai kloridanya, semua kation tidak boleh sama. Sedikit asam klorida (HCl) ditambahkan, dengan reagensia asam kloroplatina berlebih. Amonium dapat ditetapkan dengan mengendapkannya dengan natrium tetrafenilborat sebagai amonium tetrafenilboron (NH4[B(C6H5)4]) (Basset, dkk, 1994: 527).
            Larutan amonia endapan putih dengan komposisi tercampur, pada dasarnya terdiri dari merkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat, garam ini kebanyakan senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan atmosfer (Svehla, 1985: 224).   
            Barium sulfat dapat diendapkan atau memakai asam sulfat, dalam larutan homogen dengan memakai larutan asam sulfamat, yang menghasilkan ion sulfat saat dididihkan. Pengendapan barium kromat biasanya dilangsungkan dalam asam asetat encer yang dibufferkan dengan amonium asetat, pengendapan ulang diperlukan jika ada (Basset, dkk, 1994: 530-531).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Waktu dan  Tempat
Hari/tanggal     : Jumat / 07 November 2014
Pukul                : 08.00 – 10.30 WITA
Tempat             : Laboratorium Kimia Analitik 
          Fakultas Sains dan  Teknologi
          UIN Alauddin Makassar.

B.  Alat dan Bahan
1.    Alat
  Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 200 mL, tabung reaksi, pipet tetes, pembakar spiritus, rak tabung, gegep dan botol semprot.

2.    Bahan
 Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan amonium karbonat ((NH4)2CO3) 2 M, asam asetat (CH3COOH) 2 M, asam klorida (HCl) 2 M, asam sulfat (H2SO4) 2 M, barium klorida (BaCl2) 1 M, besi triklorida (FeCl3) 1 M, alkohol (C2H5OH) 96%, kalium bromida (KBr) 1M, kalium kromat (K2CrO4) 2 M, kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 2 M, kertas lakmus merah, natrium hidroksida (NaOH) 2 M, perak nitrat 0,1 M (AgNO3) timbal nitrit (Pb(NO3)2) 0,1 M, tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M, zink sulfat (ZnSO4) 0,1 M dan tissu.


 
C.    Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai beikut:
1.      Uji kation Ag+
a.       Memipet AgNO3 0,1 M ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing sebanyak 0,5 mL.
b.      Pada tabung I menambahkan 1 tetes asam klorida (HCl) 2M hingga terbentuk endapan putih.
c.       Setelah itu membilas dengan akuades (H2O) dan menambahkan larutkan amonium karbonat ((NH4)CO3) 2M sebanyak 5 tetes.
d.      Pada tabung II menambahkan dengan larutan kalium bromida (KBr) 1M sebanyak 1 tetes.
e.       Mencatat hasil yang didapatkan.
2.    Uji kation Pb2+
a.       Memasukkan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 0,5 mL kedalam 2 tabung reaksi.
b.      Pada tabung I menambahkan 3 tetes larutan kalium kromat (K2CrO4) 2 M.
c.       Pada tabung II menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4) 2 N sebanyak 3 tetes dan etanol 96% sebanyak 3 tetes.
d.      Mencatat hasil yang didapatkan.
3.      Uji kation Cu2+
a.       Memasukkan CuSO40,1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.
b.      Menambahkan 3 tetes  larutan asam klorida (HCl) 2 M dan larutan kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 2 M sebanyak 1 tetes.
c.       Mencatat hasil yang didapatkan.
4.      Uji kation Cr3+
a.       Memasukkan K2CrO41M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.
b.      Menambahkan 3 tetes  larutan AgNO3 0,1 M.
c.       Mencatat hasil yang didapatkan.
5.      Uji kation Fe3+
a.       Memasukkan FeCl30,1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.
b.      Menambahkan 1 tetes larutan kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 2 M.
c.       Mencatat hasil yang didapatkan.
6.   Uji kation Zn2+
a.       Memasukkan ZnSO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 mL.
b.      Menambahkan 1 tetes larutan kalium heksasianoferat (K4Fe(CN)6) 1M.
c.       Mencatat hasil yang didapatkan.
7.   Uji kation Ba2+
a.       Memasukkan BaCl2 1 M ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.
b.      Menambahkan 3 tetes larutan asam asetat (CH3COOH) 2 M dan 1 tetes  larutan kalium kromat (K2CrO4) 2 M.
c.       Mencatat hasil yang didapatkan.
8.      Uji kation NH4+
a.       Memasukkan larutan (NH4)2CO3  ke dalam tabung reaksi sebanyak 0.5 mL.
b.      Memanaskan tabung reaksi.
c.       Meletakkan kertas lakmus merah pada mulut tabung reaksi bagian dalam hingga terjadi perubahan warna biru.
d.      Mencatat hasil yang didapatkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.    Tabel pengamatan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati tabel pengamatan sebagai berikut:
Nno
Sampel
Pereaksi
Hasil Percobaan
Gambar
1
Ag+
HCl+ (NH4)2CO3
KBr
Endapan putih, larut
Endapan putih kuning






2
Pb2+
K2CrO4
K2CrO4+ NaOH
H2SO4+ alkohol
Endapan kuning
Larut
Endapan putih






3
Cu2+
HCl
HCl+ K4Fe(CN)6
Biru
Endapan merah coklat


4
Fe3+
K4Fe(CN)6
Warna biru



5
Cr3+
K2CrO4+ AgNO3
Endapan merah


6
Zn2+
K4Fe(CN)6
Endapan putih


7
Ba2+
K2CrO4+ CH3COOH
Kuning


8
NH4+
Panaskan
Lakmus merah          Biru


A.    Reaksi

1.      Uji Ag+
Ag+  +  HCl-                           AgCl        + H+
                                 (endapan putih)

Ag+ + KBr                   AgBr   + K+
                                                (endapan kuning)

2.      Uji Cu2+
2 Cu2+ + K4[Fe(CN)6]                         Cu2[Fe(CN)6]    + 4K+
                                                    (warna merah kecoklatan)  
           
3.      Uji Pb2+
Pb2+ + K2CrO42-                         PbCrO4           +   2K+
                                          (endapan kuning)


Pb2+ + H2SO42-                           PbSO4           +   2H+
                                          (endapan putih)

4.      Uji Fe3+
Fe3+ + K4Fe(CN)6]                         3Fe[Fe(CN)6]    +   4K+
                                                     (warna biru)

5.      Uji Zn2+
2Zn2+ + K4Fe(CN)6                  Zn2[Fe(CN)6]             +  4K+
                                             (endapan putih)
6.      Uji Cr3+
Cr3+ + AgNO3                      AgCr                 +   NO3-
                                       (warna merah bata)

7.      Uji Ba2+
Ba2+ + K2CrO42-                      BaCrO4        +  2K+
                                      (endapan kuning)


8.      Uji NH4+
NH4+ + OH-                                NH3         +  H2O
                                    (gas ammonia)


B.  Pembahasan
            Analisis kualitatif adalah suatu analisa yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui. Dasar identifikasi atau pengenalan unsur-unsur terletak pada sifat-sifat kimia atau fisika. Sifat-sifat yang paling sederhana yang dipakai untuk pengenalan adalah sifat-sifat yang dapat langsung diamati. Misalnya, warna suatu senyawa atau hasil reaksi dengan pereaksi tertentu, dapat dipakai sebagai dasar pengenalan.
            Uji kation Ag+ ditambahkan dengan larutan asam klorida (HCl) akan membentuk endapan putih dalam larutan yang dingin dan tidak terlalu encer. Hal ini disebabkan karena asam klorida (HCl) tidak mampu melarutkan kation Ag+ , larutan asam klorida (HCl) 2 M yang berfungsi membentuk endapan garam klorida dan ditambahkan dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 2 M yang berfungsi melarutkan endapan perak klorida (AgCl), larutan endapan dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 2 M dan didapatkan hasil membentuk endapan putih dalam larutan yang dingin dan tidak terlalu encer. Hal ini sesuai dengan teori (Chadijah, 2013: 84), yang menyatakan apabila perak (Ag+) (kation golongan 1) dilarutkan dengan asam klorida encer akan menghasilkan endapan berwarna putih.
     Uji kation tembaga (Cu2+) yang ditambahkan dengan larutan besi heksasiofenat (Fe(CN)6) akan menghasilkan warna coklat. Hal ini disebabkan karena senyawa kompleks heksasianoferat mampu melarutaka kation tembaga (Cu2+) yang pada dasarnya tembaga (Cu2+) adalah logam berwarna merah muda. Larutan asam klorida (HCl) 2 M yang berfungsi mengkondisikan larutan dalam keadaan netral atau asam encer dan ditambahkan larutan kalium heksasioferat (K4Fe(CN)6)4 1 M yang berfungsi membentuk endapan berwarna merah bata yang menunujukkan adanya ion tembaga (Cu2+) menghasilkan endapan warna merah bata dan larutan berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 232) yang menyatakan apabila larutan tembaga direaksikan dengan kalium heksasiofenat (K4Fe(CN)6)4 akan menghasilkan endapan berwarna merah kecoklatan.
            Uji kation timbal (Pb2+), menambahkan dengan larutan kalium kromat (K2CrO4) menghasilkan warna endapan putih yang menandakan bahwa larutan kalium kromat (K2CrO4) tidak dapat melarutkan kation timbal (Pb2+) karena hanya mudah larut jika ditambahkan dengan asam nitrat. Begitupun dengan penambahan larutan tembaga sulfat (CuSO4) yang akan menghasilkan endapan orange. Pada penambahan larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M dan alkohol 96% yang berfungsi membentuk endapan timbal sulfat (PbSO4) menghasilkan endapan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori (Chadijah, 2013: 92), yang menyatakan apabila timbal (Pb2+) direaksikan dengan larutan kalium kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan berwarna kuning.       Uji kation besi (Fe3+) yang ditambahkan larutan besi heksasioferat (Fe(CN)6) akan menghasilkan biru tumbul. Hal ini karena senyawa kompleks dapat melarutkan kation besi (Fe3+). Hal ini sesuai dengan teori (Svehla,1985: 262) yang menyatakan apabila larutan  besi (Fe3+) direaksikan dengan besi heksasioferat (Fe(CN)6) akan membentuk endapan biru turnbull yang dikarenakan senyawa kompleks besi heksasioferat (Fe(CN)6) dapat melarutkan kation besi (Fe3+).
            Uji kation seng (Zn2+) menambahakan larutan besi heksasionat (Fe(CN)6) akan menghasilkan endapan berwarna putih. Hal ini tersebut karena larutan senyawa kompleks tidak dapat melarutkan kation seng (Zn2+). Dimana kation tersebut hanya mampu larut lambat dengan penambahan asam.Hal ini terjadi karena larutan senyawa kompleks besi heksasionat (Fe(CN)6) tidak dapat melarutkan kation seng (Zn2+) di mana kation seng (Zn2+) hanyamampu larut lambat dengan penambahan asam. Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 291) yang menyatakan apabila larutan seng (Zn2+) direaksikan dengan kalium heksasioferat (K4Fe(CN)6)4 akan membentuk endapan berwarna putih.
            Uji kation krom (Cr3+) dengan penambahan larutan perak nitrat (AgNO3) dengan menghasilkan warna merah bata disebabkan karena mampu melarutkan kation krom (Cr3+) larutan perak nitrat (AgNO3), 1 M yang berfungsi untuk membentuk endapan berwarna merah pada Cr3+menghasilkan warna merah bata dan larutan berwarna kuning  yang disebabkan karena perak nitrat (AgNO3)  mampu melarutkan kation krom (Cr3+) Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 272) yang menyatakan apabila krom (Cr3+) direaksikan dengan kalium kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan AgCr yang berwarna merah bata.
            Uji kation barium (Ba2+) yang ditambahakan larutan kalium kromat (K2CrO4) menghasilkan endapan kuning yang disebabkan karena larutan kalium kromat (K2CrO4) tidak mamapu melarutkan sampel yang berisi kation barium (Ba2+). Larutan asam asetat (CH3COOH 2M yang berfungsi melarutkan endapan putih barium karbonat dan kalium kromat (K2CrO4) 1M yang berfungsi untuk membentuk endapan kuning barium kromat (BaCrO4). Percobaan ini menghasilkan larutan berwarna orange. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 297). yang menyatakan apabila larutan barium (Ba2+) direaksikan dengan kalium kromat (K2CrO4) akan menghasilkan endapan berwarna kuning, karena reagensia yang digunakan terlalu banyak sehingga melarutkan endapan.
            Uji kation ammonium (NH4+) menambahkan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) yang selanjutnya dipanaskan dan mengaitkan lakmus merah pada dinding tabung reaksi. Setelah dipanaskan terdapat gas ammoium (NH3) dan kertas lakmus berubah menjadi biru yang menandakan bersifat basa. Hal ini sesuai dengan teori (Svehla, 1985: 312) yang menyatakan apabila larutan amonium karbonat (NH4)2CO3 dipanaskan akan menghasilkan gas ammonia.


           







BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
            Kesimpulan dari percobaan ini adalah jenis-jenis kation yang positif didapatkan adalah Ag+ terbentuk endapan putih, Cu2+ terbentuk endapan kuning, Pb2+ dengan K2CrOterbentuk endapan kuning dan Pb2+ dengan H2SO4 terbentuk endapan putih, Fe3+ terbentuk warna biru, Zn2+ terbentuk endapan putih, Cr3+ terbentuk endapan merah, Ba2+ terbentuk endapan kuning dan NH4+ mengubah kertas lakmus merah menjadi warna biru.

B.       Saran
            Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah menggunakan uji kation Hg2 2+ dengan pereaksi asam klorida (HCl) agar dapat diketahui warna dan pengendapan yang terjadi.








 




DAFTAR PUSTAKA


Basset, J dkk. Vogel Texbook Of Quantitative Inorganic Analysis Including             Elementary Instrumental Analysis. Terj, A. Hadyan Pujaatmaka dan Ir. L.
Setiono. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Jakarta: EGC, 1994.
                                   
Chadijah, Sitti. Dasar-dasar Kimia Analitik. Makassar: UIN Press, 2012.

Day, R.A dan A.L, Underwood. Quantitative Analysis. Terj, Dr. Ir. Lis sopyan,
             M. Eng. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga, 2001.

Svehla. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT. Raiman Media Pustaka, 1985.

Syamsidar, Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar: UIN Press, 2013.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar