|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektrokimia
menghubungkan reaksi kimia oksidasi-reduksi dengan fisika aliran muatan.
Penggunaan energi bebas yang yang tersedia dalam reaksi kimia spontan untuk pemanfaatan
energi menghasilkan reaksi yang tidak mungkin dengan jalan lain. Elektrokimia bermanfaat
unutk penyimpanan energi dalam aki dan konversi energi yang efisien dari sumber
yang telah tersedia (seperti energi matahari dan enenrgi kimia) menjadi
bentuk-bentuk yang berguna untuk aplikasi teknologi (Oxtoby, dkk, 2001: 377).
Voltase yang
diukur dalam sel volta atau sel galvanik dapat dibagi menjadi potensial
elektroda dari anoda (tempat oksidasi berlangsung) dan katoda (tempat reduksi
berlangsung). Voltase ini dapat dihubungkan dengan perubahan energi bebas Gibbs
dan konstanta kesetimbangan dari proses redooks. Persamaan nernst menghubungkan
voltase sel ini dengan voltase sel pada kondisi keadaan standar dan konsentrasi
spesi-spesi reaksi (Chang, 2009: 193).
Persamaan nernst menghasilkan hubungan antara
emf sel galvanik atau sel volta dan konsentrasi reaktan dan produk pada
kondisi-kondisi yang bukan keadaan standar. Baterai yang terdiri atas satu atau
beberapa sel galvanik, banyak digunakan sebagai sumber daya mandiri. Beberapa
baterai yang lazim yaitu sel kering, seperti sel lechlance, baterai merkuri dan
aki yang digunakan di mobil. (Chang, 2009: 225).
1
|
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
menyusun dan mengukur GGL sel
elektrokimia?
2.
Bagaimana
pengujian persamaan nernst?
C. Tujuan percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menyusun
dan mengukur GGL sel elektrokimia.
2.
Mencoba
pengujian persamaan nernst.
|
TINJAUAN PUSTAKA
Elektrokimia adalah bidang ilmu yang
mempelajari perubahan energi kimia menjadi energi listrik atau sebaliknya.
Suatu sel elektrokimia terdiri dari dua elektroda, yang disebut katoda dan
anoda, dalam larutan elektrolit. Reaksi yang terjadi pada sel elektrokimia
adalah pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi
reduksi (Baharuddin, dkk, 2013: 51).
Menurut Baharuddin, dkk (2013: 51),
sel elektrokimia dapat dibagi menjadi :
1. Sel Volta/ sel Galvani : mengubah
energi kimia menjadi energi listrik. Pada sel Volta/sel Galvani, anoda adalah
elektroda negatif dan katoda adalah elektroda positif. Contohnya, baterai (sel
kering) dan accu (aki).
2. Sel elektrolisis : mengubah energi
listrik menjadi energi kimia. Pada sel elektrolisis anoda adalah elektroda
positif dan katoda adalah elektroda negatif. Contohnya penyepuhan dan pemurnian
logam.
3
|
Elektrolisis untuk reaksi yang
revelsibel, jalan reaksi dapat dibalik hanya dengan menambah sedikit tenaga
dari luar. Untuk reaksi cell
TI/TI+ (a = 0,5)// Sn++
(a = 0,01) / Sn.
TI(s) +
Sn++
(a = 0,01) à
Sn (s) + TI+
(a = 0,5)
diperoleh Ecell = 0,155 volt pada 25oC.
Bila dari sumber luar diperoleh E sedikit lebih besar daripada 0,155 volt,
terjadi reaksi sebaliknya. Peristiwa ini disebut elektrolisis (Sukardjo, 2004:
424).
E
luar yang dipakai harus lebih besar daripada Ecell itu sendiri,
sebab harus diatasi irreversibility dari cell. Kelebihan ini disebut voltage polarisasi
dan peristiwanya disebut polarisasi. Besarnya harus dapat dihitung dari rumus
ohm.
I =
. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
E = E luar, Eb = Emf cell dan R = tahanan
dalam, pada elektrolisis biasa menggunakan elektroda yana sama dimasukkan dalam larutan yang bersangkutan
(Sukardjo, 2004: 424).
Saat
elektrolisis, peristiwa yang terjadi di elektroda ialah reaksi redoks:
di katoda (kutub negatif) : reaksi reduksi, ini dapat berupa logam atau
timbulnya gas H2.
di anoda (kutub positif) : oksidasi ini dapat berupa
pelarutan logam atau timbulnya gas O2. Peristiwa yang terjadi tidak
selalu seperti hal tersebut, dapat setiap reaksi reduksi seperti :
Fe2+ Fe3+ + e
Sn2+ Sn4+ + 2e
bila reaksi ini diperlukan E yang lebih rendah
daripada untuk timbulnya H2 atau O2 maka gas tersebut
tidak timbul dan zat tadi disebut
depolarisator (Sukardjo, 2004: 436).
Sebuah sel elektrokimia yang
beroperasi secara spontan disebut sel galvani (sel volta). Sel ini mengubah
energi kimia menjadi energi lisrtik, yang dapat digunakan untuk melakukan
kerja. Sebuah sel dimana potensial luar yang berlawanan menyebabkan reaksi
berlangsung dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis, sel
seperti ini menggunakan energi listrik yang dihasilkan oleh rangkaian luar
untuk melakukan reaksi kimia yang sebenarnya tidak dapat berlangsung. Jika
sebuah sel diubah menjadi sel elektrolisis dengan penambahan sumber potensial
luar yang berlawanan arah dengan aliran elektron, juga terdapat sebuah
pembalikan pada posisi anoda dan katoda, dalam sel elektrolisis oksidasi
berlangsung di elektroda perak karena menjadi anoda dan tembaga menjadi katoda
(Oxtoby, dkk, 2001: 379).
Arus listrik mengalir dari anoda ke
katoda karena ada selisih energi potensial listrik diantara kedua elektroda.
Selisih potensial listrik diantara anoda dan katoda diukur dengan voltmeter dan
angkanya (dalam volt) disebut voltase sel. Namun dua istilah lain, gaya
elektromotif atau emf (E) dan potensial
sel juga digunakan untuk menyatakan voltase sel. Voltase suatu sel bergantung
tidak hanya pada jenis elektroda dan ion-ionnya, tetapi juga pada konsentrasi
ion dan suhu dimana sel bekerja (Chang, 2009: 198).
Susunan
unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya disebut deret elektrokimia atau deret volta. Berikut urutan deret volta:
Li K Ba
Ca Na Mg
Al Mn Zn
Fe Ni Sn
Pb H Cu
Hg Ag Pt
Au
semakin ke kiri
kedudukan suatu logam dalam deret volta menandakan, logam semakin reaktif (semakin mudah melepas
elektron) dan logam merupakan reduktor
yang semakin kuat (mudah mengalami oksidasi atau reduktor). Sebaliknya, semakin kanan kedudukan logam dalam
deret volta menandakan, logam semakin
kurang reaktif (semakin sukar melepas elektron) dan kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat (mudah
mengalami reduksi atau oksidator). Jadi, logam yang terletak lebih kiri lebih
reaktif daripada logam-logam yang di kanannya. Oleh karena itu, logam yang
terletak lebih kiri dapat mendesak logam yang lebih kanan dari senyawanya
(Achmad, 2001: 312).
Menurut
Oxtoby, dkk (2001: 380), penelitian Michael Faraday menunjukkan hubungan
kuantitatif langsung antara zat yang bereaksi di katoda dan anoda dan muatan
listrik yang melewati sel. Pengamatan ini merupakan inti dari Hukum Faraday,
yang dinyatakan sebagai :
1.
Massa
zat tertentu yang dihasilkan atau dipakai pada suatu elektroda berbanding
lurus dengan jumlah muatan listrik yang
melalui sel.
2.
Massa
ekivalen zat yang berbeda dihasilkan atau dipakai pada elektroda dengan
melewatkan jumlah tertentu muatan listrik melalui sel.
Hukum e unutk sebuah elektron tunggal
(dinyatakan dalam coulomb) telah ditentukan dengan akurat menjadi :
e = 1,6021773 x 10-19 C
sehingga jumlah
muatan yang ditunjukkan oleh 1 mol elektron adalah
Q = (6,022137 x 1023 mol-1)
(1,6021773 x 10-19 C) = 96.485,31 C mol-1
jumlah muatan
ini disebut tetapan Faraday (Oxtoby, dkk, 2001: 387).
Persamaan
nernst mengubungkan potensial arus dengan aktivitas zat yang ikut serta dalam reaksi
sel. Fungsi Gibbs berhubungan dengan komposisi dengan,
ΔGt = ΔGo + RT ln Q . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(2.2)
oleh
karena itu,
E
= -
-
ln
Q . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(2.3)
suku pertama dibagian kanan
persamaan ini disebut potensial sel standar dan dinyatakan dengan
-vFEo
= ΔGo.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
ini
adalah fungsi Gibbs standar dari reaksi itu yang dinyatakan sebagai potensial
(dalam volt), dengan demikian :
E
= Eo
ln
Q . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
persamaan tersebut
disebut persamaan nernst untuk potensial sel arus nol pada seluruh komposisi
sel (Atkins, 1996).
Menurut
Baharuddin, dkk (2013: 55), Reaksi redoks dengan persamaan umum aA + bB → cC +
dD, persamaan Nernst adalah sebagai berikut :
Esel = Eosel
-
ln
. . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
Esel = Eosel –
log
. . . . . . . . . . (2.7)
pada 298 K
=
= 0,0591 J/C = 0,0591 volt
Sehingga :
Esel = Eosel –
log
. . . . . . . . . . (2.8)
Esel
= Eosel -
log Q . . . . . . . . . . . . . . . (2.9)
Krisis
energi telah memicu pengembangan sumber energi alternatif terbarukan unutk
mensubtitusi penggunaan minyak bumi yang selama ini menjadi sumber utama bagi
masyarakat. Diantara beberapa pilihan energi subtitutien yaitu sel bahan bakar
yang merupakan salah satu contoh teknologi energi alternatif yang berpotensi
untuk dikembangkan. Sel elektrokimia berbasis mikro atau microbial fuel cell
merupakan merupakan sel bahan bakar yang memanfaatkan materi organik untuk
digunakan oleh mikroba sebagai sumber dalam melakukan aktivitas metabolismenya.
Sel bahan bakar mampu menghasilkan arus listrik searah, alat ini terdiri dari
dua buah elektroda, yaitu anoda dan katodayang dipisahkan oleh sebuah membran
polimer yang berfungsi sebagai elektrolit (Sitorus, 2010: 10).
Integrasi ayat yang berhubungan
dengan percobaan ini yaitu Q.S. Ar-Rahman: 19-20 yang berbunyi,
Artinya: “Dia membiarkan dua laut mengalir yang
(kemudian) keduanya bertemu, diantara keduanya ada batas yang tidak dilampaui
oleh masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman: 19-20).
|
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tanggal
Hari/ Tanggal : Rabu/ 21 November 2014
Pukul : 07.30 – 10.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Fisika,
Fakultas Sains Teknologi, UIN Alauddin Makassar, Samata-Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
voltmeter, termometer 110oC labu takar 100 mL, gelas piala 100 mL,
pipet volume 10 mL, kabel penjepit dan kertas amplas.
2. Bahan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah aquadest (H2O), kalium nitrat
(KNO3), kertas saring, lempeng tembaga (Cu), lempeng seng (Zn),
tembaga sulfat (CuSO4) 1 M, zink sulfat (ZnSO4) 1 M dan
tissu.
C.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja
pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Menyiapkan
potongan lembaran tembaga (Cu) dan seng (Zn) sebanyak 4 buah dengan ukuran 5 x1
cm. Membersihkan permukaan lembaran logam tersebut dengan menggunakan kertas
amplas.
2.
Menyiapkan
larutan jenuh kalium nitrat (KNO3) sebagai jembatan garam.
3.
9
|
4.
Menyiapkan
dua buah gelas piala 100 ml, satu diisi larutan tembaga sulfat (CuSO4)
1 M dan yang satunya diisi ZnSO4 1 M, Mencelupkan elektroda-elektoda
logam dan menghubungkan dengan kabel.
5.
Mencelupkan
kertas saring yang telah dibentuk menjadi
gulungan ke dalam kalium nitrat (KNO3) jenuh.
6.
Menyusun
rangkaian sel elektrokimia.
7.
Mengamati
nilai GGL dengan menggunakan voltmeter yang berada pada posisi mV. Mencatat
suhu larutan dan polaritas kedua elektroda pada pengukuran tersebut.
8.
Menyiapkan
100 mL larutan tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M, 0,01 dan
0,001 dengan mengencerkan (tembaga sulfat) CuSO4 1 M.
9.
Mengganti
larutan tembaga sulfat (CuSO4) dengan larutan tembaga (CuSO4)
0,1 M.
10.
Mengulangi
langkah ke (7) , tetapi menggunakan larutan CuSO4 yang lebih encer
(0,01 M dan 0,001 M).
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel IV. 1 Nilai Potensial Esel
Larutan
pada Bagian Anoda Zn/Zn 2+ (M)
|
Larutan pada Bagian Katoda Cu/Cu2+ (M)
|
Esel (Volt)
|
1
1
1
1
|
1
0,1
0,01
0,001
|
10
10
10
10
|
2.
Reaksi
Reaksi Zn | Zn2+ (M) || Cu2+ | Cu (M)
Anoda
(oksidasi) : Zn(s)
→ Zn2+(aq) + 2e E°sel = +0,76 V
Katoda
(reduksi) : Cu2+(aq)
+ 2e → Cu(s) E°sel = + 0,34 V
Reaksi sel : Zn(s) + Cu2+(aq)
→ Zn2+ + Cu(s) E°sel
= +1,10 V
Penulisan sel volta : Zn|Zn2+||Cu2+|Cu
3.
Analisis Data
1.
Seng
sulfat (ZnSO4) 1 M dan tembaga sulfat (CuSO4) 1 M
11
|
2.
Seng
sulfat (ZnSO4) 1 M dan tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M
3.
Seng
sulfat (ZnSO4) 1 M dan tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M
4.
Seng
sulfat (ZnSO4) 1 M tembaga sulfat (CuSO4) 0,1 M
4.
Grafik
B.
Pembahasan
Persamaan yang menghubungkan
konsentrasi dengan Esel disebut persamaan Nernst. Alat yang
digunakan untuk mengukur Esel pada percobaan ini yaitu
voltmeter dimana voltmeter merupakan
suatu peralatan listrik yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik dari
suatu rangkaian.
Hal pertama yang dilakukan pada
percobaan ini yaitu menyiapakan potongan tembaga (Cu) dan zink (Zn) yang
berfungsi sebagai anoda dan katoda, membersihkan tembaga (Cu) dan zink (Zn)
dengan amplas agar diperoleh energi potensial yang murni, menyiapkan larutan
jenuh kalium nitrat (KNO3), menggulung kertas saring yang berfungsi
sebagai jembatan garam mencelupakan kertas saring ke dalam larutan kalium
nitrat (KNO3), kemudian mencelupkan elektroda-elektroda logam
kedalam larutan tembaga sulfat (CuSO4) dan zink sulfat (ZnSO4)
dan dihubungkan dengan kabel untuk mengamati energi potensialnya, menyusun
rangkaian sel elektrokimia dan mengamati GGL dengan menggunakan voltmeter.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh energi potensial sel (E0sel)
untuk ke empat sampel dengan konsentrasi tembaga sulfat (CuSO4) 1 M
yaitu 10 V, konsentrasi 0,1 M yaitu 9,9704 , pada konsentrasi 0,01 M yaitu
9,9408 dan pada konsentrasi 0,001 M yaitu 9,9112 V. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana nilai E sel secara teoritis, yaitu
1,1V, 1,0699V, 1,0398V, 1,0097V. Perbedaan ini disebabkan karena kurang
ketelitian praktikan saat pengerjaan atau pun bahan yang telah terkontaminasi.
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Nilai GGL
sel elektrokimia yang didapatkan pada percobaan ini adalah untuk CuSo4 1
M 10 Volt, CuSo4 0,1 M 10 Volt, CuSo4 0,01 M 10 Volt dan
CuSo4 0,001 M 10 Volt.
2. Persamaan nernst menggunakan
potensial elektroda sel, bergantung pada konsentrasi, hasil yang didapatkan
tidak sesuai dengan teori, seharusnya 1,1V, 1,0699V, 1,0398V, 1,0097V.
B. Saran
15
|
|
Atkins,
P. W. Kmia Fisika. Jakarta: Erlangga,
1993.
Chang,
Raymond. Kimia Dasar Edisi Ketiga
Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga, 2009.
Oxtoby,
W. David, H.P. Gillis dan Norman H. Nactried. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Jakarta:
Erlangga, 2001.
Sitorus,
Berlian.”Desversifikasi Sumber Energi Terbarukan Melalui Penggunaan Air Buangan
dalam Sel Elektrokimia Berbasis Mikroba”. Jurnal
ELKHA. Vol.2, No.1, (Maret 2010), h. 10-14.
Sukardjo. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta,
2004.